BAZNASNews, Di
sebuah sudut jalan di Kelurahan Cicadas, Kota Bandung, aroma harum ayam krispi
yang baru saja diangkat dari penggorengan menyeruak ke udara. Suara letupan
minyak masih terdengar ketika Wulan, seorang perempuan bersahaja dengan senyum
yang tak pernah lepas dari wajahnya, membungkus pesanan pelanggan. Gerai kecil
itu, tempat ia berjualan ayam krispi ZChicken, adalah saksi bisu perjuangan dan
perubahan besar dalam hidupnya. “Hari ini lumayan ramai, mungkin sebentar lagi stok ayam saya habis,” ucapnya
sambil melayani pembeli. Ia berbicara dengan nada riang, tetapi tangannya
cekatan membungkus pesanan, menghitung uang kembalian, dan sesekali menyapa
pelanggan tetap yang datang. Keakraban itu tumbuh dari rutinitas, dari
perjuangan sehari-hari yang tak pernah berhenti.
Tak mudah bagi Wulan untuk sampai ke titik ini. Sebelum ada ZChicken, hidupnya
penuh dengan kesederhanaan yang kadang terasa mencekik. Bersama suaminya, ia
mencari nafkah dengan bekerja serabutan.
“Kami kerja apa saja, asal halal. Tapi, kadang penghasilan cuma
cukup buat makan sehari-hari,” kenangnya dengan sorot mata yang menunjukkan
keikhlasan. Namun, di balik kesederhanaan itu, ia menyimpan mimpi: mimpi untuk
hidup lebih baik, untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya tanpa harus selalu
dihantui kekhawatiran soal uang.
Langkah besar pertama terjadi ketika ia menerima bantuan dari BAZNAS. Bantuan
itu datang seperti hujan di tengah kemarau panjang. Tidak hanya berupa modal
usaha, tetapi juga pelatihan dan bimbingan untuk memulai bisnis ZChicken. “Awalnya
saya takut. Takut nggak bisa jalan, takut rugi, takut nggak ada yang beli,”
ungkapnya.
Namun, ia memberanikan diri, dengan harapan besar bahwa usaha
ini bisa menjadi jalan keluar dari kesulitan hidup yang selama ini ia hadapi.
Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar muncul, Wulan sudah memulai
aktivitasnya. Ia meracik bumbu dengan takaran yang tepat, memastikan setiap
potongan ayam terselimuti tepung krispi yang nantinya akan menjadi daya tarik
utama dagangannya. Ia menggoreng ayam dengan hati-hati, memastikan setiap sisi
matang sempurna.
"Kalau
kualitasnya terjaga, pembeli pasti akan balik lagi," katanya sambil
tersenyum.
Hari-hari pertama membuka gerai ZChicken tidak mudah. Ia harus bersaing dengan
pedagang lain di sekitar tempat tinggalnya. Belum lagi tantangan mengatur modal
yang masih terbatas. Namun, perlahan-lahan, pelanggan mulai berdatangan. Mereka
yang mencoba ayam krispi buatannya memuji rasanya yang gurih dan teksturnya
yang renyah. “Rasanya beda, ya, Bu. Enak banget,” ujar salah seorang pelanggan
suatu hari, dan kata-kata itu menjadi penyemangat bagi Wulan untuk terus
bertahan.
Sekarang, setiap hari ia bisa membawa pulang omzet hingga Rp230.000. “Saya
nggak pernah kebayang bisa punya penghasilan sebesar ini,” katanya, kali ini
dengan suara yang sedikit bergetar. Bukan hanya angka itu yang membuatnya
terharu, tetapi juga perubahan besar yang kini ia rasakan. Dari seseorang yang
dulunya hanya bisa membantu suami seadanya, kini ia menjadi tulang punggung
keluarga yang mampu memberikan kehidupan lebih baik untuk anak-anaknya.
Meski sukses mulai menyapanya, Wulan tidak pernah berhenti belajar. Dari
pelatihan yang ia ikuti, ia memahami pentingnya mengatur keuangan dengan baik.
“Kalau dulu, setiap dapat uang langsung habis. Sekarang, saya sisihkan sebagian
untuk tabungan,” tuturnya. Tabungan itu ia rencanakan untuk keperluan sekolah
anak-anaknya. Baginya, pendidikan adalah investasi terbesar yang bisa ia
berikan.
Ada kebanggaan tersendiri dalam setiap langkah yang ia tempuh. Ketika pelanggan
datang dan memuji ayam buatannya, ketika stok habis sebelum sore tiba, ketika
ia bisa membeli kebutuhan keluarga tanpa harus berhutang, semua itu menjadi
bukti nyata bahwa perjuangannya tidak sia-sia. “Saya bersyukur banget. Ini
semua bukan karena saya saja, tapi juga karena dukungan dari BAZNAS dan
pelanggan-pelanggan saya,” katanya dengan tulus.
Meski begitu, Wulan tidak ingin berhenti di sini. Ia punya mimpi besar untuk
masa depan. Ia ingin gerainya berkembang, mungkin membuka cabang di tempat
lain, atau setidaknya memiliki tempat yang lebih luas dan nyaman. “Kalau usaha
ini makin besar, saya juga bisa bantu orang lain yang butuh pekerjaan,” ujarnya.
Ketika ditanya apa yang menjadi motivasi terbesarnya, Wulan menjawab tanpa
ragu: anak-anaknya. “Saya ingin mereka bisa sekolah tinggi, jadi orang yang
sukses. Mereka nggak perlu merasakan susah seperti saya dulu,” katanya. Air
mata hampir tumpah di sudut matanya, tetapi ia segera menghapusnya dengan
punggung tangan.
Di gerainya yang sederhana, Wulan mengajarkan banyak hal tanpa perlu
mengucapkannya. Ia mengajarkan tentang kerja keras, tentang keberanian untuk
bermimpi, dan tentang bagaimana doa yang tulus bisa membuka jalan. Dalam setiap
potongan ayam krispi yang ia jual, ada kisah panjang perjuangan yang mungkin
tidak diketahui oleh para pelanggannya.
Kini, setiap kali melihat gerai kecil itu dipenuhi pembeli, Wulan merasa bahwa
mimpinya mulai menjadi kenyataan. Namun, ia sadar bahwa perjalanan masih
panjang. “Saya masih harus belajar banyak, tapi saya yakin, kalau kita terus
berusaha, Allah pasti kasih rezeki,” katanya dengan keyakinan yang tak
tergoyahkan.
Gerai ZChicken milik Wulan mungkin hanya sebuah gerai kecil di pinggir jalan,
tetapi bagi dirinya dan keluarganya, tempat itu adalah simbol harapan. Tempat
itu adalah bukti bahwa siapa pun, dengan keberanian untuk mencoba dan semangat
yang tak pernah padam, bisa mengubah hidupnya.
Ketika malam tiba dan gerai mulai sepi, Wulan duduk di bangku kecil di samping
gerainya, melihat ke arah jalan yang perlahan-lahan mulai lengang. Ia
tersenyum, bukan karena hari ini ia berhasil menjual semua ayamnya, tetapi
karena ia tahu, besok adalah hari baru dengan peluang baru yang menantinya.
Dalam keheningan itu, ia kembali merancang mimpinya, berharap suatu hari,
gerainya yang kecil ini bisa tumbuh menjadi lebih besar, membawa lebih banyak
kebahagiaan bagi orang-orang yang ia cintai.